Senin, 31 Oktober 2016



CERITA RAKYAT HANTU KALIMANTAN TENGAH (HANTUEN)
cerita-hantu-hantuen
HANTUEN adalah hantu jadi-jadian berasal dari manusia yang masih hidup. Jadi, hantuen adalah manusia yang mempunyai kemampuan gaib untuk mengubah dirinya menjadi hantu jadi-jadian. Mahluk tersebut sangat ditakuti oleh penduduk daerah aliran sungai Kahayan seperti orang Dayak Ngaju dan Ot Danum.
Menurut kepercayaan setempat, hantuen dapat melepaskan kepala dari tubuhnya. Kemudian ia akan mencari orang yang tengah melahirkan untuk menghisap darahnya dan darah bayi yang baru dilahirkan, Semua itu sebenarnya dilakukan diluar keinginannya. ini mirip dengan Leak yang berasal dari Bali atau Swanggi dari Papua.
Asal mula timbulnya hantu jadi-jadian tersebut adalah sebagai berikut :
Dahulu kala di Baras Seayang hiduplah sebuah keluarga yang mempunyai seorang anak gadis bernama Tapih. Tapih merupakan seorang anak gadis yang cantik sekali. Kulitnya berwarna putih kekuning-kuningan dan rambutnya yang panjang berwarna hitam pekat.
Pekerjaan orang tua Tapih adalah pembuat keranjang dari rotan dan ahli membuat topi tanggul daerah (topi yang tepinya lebar). Di Kalimantan Tengah topi tersebut khusus dipergunakan pada waktu orang mengadakan upacara lingkaran hidup, seperti pada waktu mengadakan upacara memandikan anak untuk pertama kali di sungai.
Pada suatu ketika, saat tapih sedang mandi di sungai, tiba-tiba topinya dihempaskan angin kencang dan jatuh di sungai. Topi itu kemudian terbawa arus yang cukup deras.
Karena topi itu dianggap bukan sembarang topi, Tapih yang di temani oleh orang tuanya menyusuri setiap desa yang terletak di sepanjang Sungai Rungan untuk mencarinya.
Ditanyainya setiap orang desa yang ditemui, tapi mereka tidak ada yang mengetahuinya. Akhirnya Tapih dan orang tuanya tiba di desa Sepang Simin, dan mereka menemukan kembali topi itu. Topi tersebut setelah di pungut o;eh seirang pemuda yang bernama Antang Taung. Sebagai tanda terima kasih, orang tua Tapih menghadiahi pemuda itu emas. Namun, Antang Taung menolaknya. Sebagai gantinya Antang Taung meminta Tapih untuk dijadikan istrinya. Permintaan itu disetujui oleh orang tua Tapih dengan senang hati.
Tak berapa lama kemudian Antang Taung dan Tapih dinikahkan di desa Baras Semayang. Menurut adat setempat, sepasang mempelai baru harus berdiam di rumah kedua orang tua masing-masing secara bergiliran. Mereka merasa sangat berat untuk memenuhi adat tersebut, karena diantara kedua desa mereka ada hutan yang lebat sekali.
Untuk memecahkan maslaah itu, diputuskan membuat jalan yang dapat menghubungkan kedua desa mereka tanpa melalui hutan terbsebut. untuk keperluan tenaga kerja mereka menggunakan para budak atau kuli masing-masing. Menurut penduduk setempat, jalan itu sampai kini masih ada dan bernama jalan Langkuas.
Pembuatan jalan dimulai dari Baras Semayang. Pekerjaan mereka mula-mula mengalami gangguan mahluk gaib. setiap kali para pekerja pulang, gubuk tempat mereka istirahat telah dimasuki orang dan bekal makanan mereka sudah telah habis dicuri.
Hingga suatu hari mereka menemukan akal. Mereka berbuat seolah-olah meninggalkan gubuk untuk bekerja, tetapi sebenarnya mereka sembunyi di balik semak tak jauh dari tempat itu. Dari tempat persembunyian, tiba-tiba mereka melihat seekor binatang Angkes ( sejenis landak ) menaiki tangga gubuk. Setiap masuk ke dalam, binatang itu menggoyang-goyangkan tubuhnya dan secara ajaib berubah menjadi seorang yang tampan.
Melihat hal itu para pekerja itu segera meringkusnya dan pemuda jadi-jadian itu berhasil ditangkap, ia minta ampun agar dilepas dan berjanji akan membant para pekerja membangn jalan dan permintaan itupun diluluskan.
Aneh bin ajaib, pemuda itu mampu menyelesaikan pembuatan jalan yang cukup panjang dalam waktu tiga hari saja. Mengetahui hal itu, Tapih dan Antang Taung sangat mengagumi pemuda jadi-jadian itu dan mereka mengambilnya sebagai anak angkat.
Beberapa waktu kemudian Tapih mengandung pada saat berada di desa Simin. Tapih mengidam makan ikan kali, maka Antang Taung segera menangkap ikan di sungai dengan hasil cukup banyak, Karena mendadak hujan lebat, Antang Taung langsung berlari dan tanpa sengaja meninggalkan seekor ikan tomang dalam perahunya.
Keesokan harinya ia kembali ke perahu untuk mengambil ikan yang tertinggal,ternyata ikan sudah lenyap tapi ada seorang bayi perempuan yang mungil terbaring di sana dan kemudian di bawa pulang oleh Antang Taung dan dijadikan anak angkat.
Anehnya bayi itu tumbuh dengan cepat, dalam hitungan bulan,ia sudah menjadi gadis dewasa yang sangat cantik dan molek. Gadis itu lalu jatuh cinta pada pemuda jelmaan binatang Angkes dan akhirnya keduanya dikawinkan dan menjadi pasangan yang bahagia dan melahirkan anak laki-laki, tetapi malang anak itu meninggal tak lama setelah lahir.
Beberapa hari kemudian anak Tapih dan Antang Taung pun meninggal, menurut adat setempat orang yang sudah meninggal harus di lakukan dua kali acara kematian,upacara pertama jenazahnya di kebukkebumikan, acara kedua jenazah yang tinggal tulang di bakar.
Acara kedua yang paling penting, karena membebaskan roh seseorang dari tubuh fisiknya untuk selama-lamanya. Sifat acara ini mewah sekali dan disebut dengan nama Tiwah.
Ketika mendengar bahwa saudara angkatnya akan di Tiwah, suami istri jelmaan itu juga ingin anaknya yang telah meninggal dibakar dalam upacara besar itu, tapi di tentang oleh Tapih dan Antang Taung, tapi mereka tak menghiraukan dan bersikukuh dengan niatnya, dan sesuatu yang heboh terjadi ketika jenazah anak dari manusia jadi-jadian di gali karena yang tinggal bukan tulang manusia melainkan tulang binatang dan ikan.
Kejadian itu membuat malu pasangan jadi-jadian sehingga mereka menyingkir dari desa Sepang Simin dan membangun desa jauh di tengah hutan belantara,di desa itu kemudian mereka beranak pinak menjadi satu keluarga besar dan di kenal dengan nama Hauten.
Demikian cerita rakyat yang menjadi legenda di aliran sungai Kahayan  Kalimantan Tengah
*di kutip dari cerita rakyat karya MB.Rahimsyah 2004

Penulis hanya mengupas sumber pustaka untuk dibagikan gratis kara ilmu gratis sangat dianjurkan untuk kemajuan bersama

Kamis, 27 Oktober 2016

Mandau Terbang


Pada saat terjadianya kerusuhan antar Etnis di Sambas dan Sampit, banyak cerita berkembang tentang adanya fenomena Mandau Terbang : (Mandau yang bisa terbang mencari sasaran sindiri, bisa memilih dan memenggal leher musuh). Hal tersebut cukup menggetarkan dan membuat merinding siapapun yang mendegar.
Semua dikembalikan pada yang mendengar, boleh percaya boleh tidak. Namun demikian banyak kesaksian yang menguatkan kebenaran akan fenomena tersebut.
Apapun ceritanya harus digaris bawahi bahwa Mandau adalah senjata tradisional Suku Dayak . Mandau telah menjadi Simbol kekuatan, simbol keadilan, simbol persatuan dan sekaligus simbol kehidupan Suku Dayak.
Bagi orang Dayak, membawa mandau kemana-mana adalah hal biasa, tidak perlu dirisaukan. Untuk mencabut mandau tidak boleh sembarangan, ada aturannya. Mandau tidak boleh digunakan untuk mengancam orang lain, salah salah bisa mendapatkan denda secara adat. Mandau baru akan dicabut dari sarungnya hanya jika dalam mondisi amat terdesak untuk mempertahankan diri, dan konon setiap mandau keluar dari sarungnya harus mendapat korban.
Mandau terbang konon bisa dilakukan oleh para tetua Suku yang memiliki kesaktian tinggi, melalui ritual tertentu makan mandau tersebut akan melesat terbang mencari sasarannya, hampir dipastikan mandau tersebut tidak akan salah sasaran. Dan ritual Mandau terbang hanya akan dilakukan dalam kondisi yang amat darurat demi menpertahankan hidup.
Ada kesaksian dari sebuah keluarga dimana kesaksian tersebut sulit untuk bisa diterima dengan akal sehat. Kejadian ini di sampit beberapa tahun lalu saat terjadi kerusuhan etnis.
Ada sebuah keluarga etnis cina, memiliki seorang pembantu dari etnis tertentu. Mereka sekeluarga sedang berada di dalam rumah, semua pintu dan jendela dalam kondisi tertutup dan terkunci rapat. Sejurus kemudian terdengar pintu diketok dari luar, buru-buru keluarga tersebut menyembunyikan pembantunya ke sebuah ruangan yang dinilai aman dan kedap udara. selanjutnya mereka mebuka pintu, Di depan pintu diluar rumah telah berdiri beberapa lelaki suku Dayak yang sedang melakukan sweeping terhadap warga etnis ‘tertentu’. Mereka menanyakan apakah ada warga etnis “tertentu” di dalam rumah ? . Pemilik rumah yang kebetulan dari etnis cina tersebut mengatakan bahwa yang didalam rumah tersebut hanya mereka saja sekeluarga etnis cina.
Mendengar jawaban pemilik rumah tersebut, beberapa laki laki Dayak tersebut tidak berkomentar dan segera meninggalkan rumah. Si pemilik rumah merasa lega dan buru-buru masuk rumah dan mengunci pintunya kembali.
Merasa situasi aman dari sweeping, maka pemilik rumah tersebut segera menghampiri pembantunya yang di sembunyikan dalam sebuah ruangan. Namun bagai mimpi disiang bolong, dia mendapati leher sang pembantu tersebut telah putus terpotong bersimbah darah. Karena ketakutan dan trauma , maka tanpa fikir panjang satu keluarga etnis cina tersebut saat itu juga pergi meninggalkan rumah dengan hanya menbawa barang yang bisa dibawa seadanya kembali ke kota asal di Malang .


 jangan lupa ya like nya.

Dohong dan Tingang

Kalimantan Tengah - Indonesia
Dohong adalah seorang pemuda kampung yang sehari-harinya menangkap burung di hutan di daerah Kalimantan Tengah, Indonesia. Suatu hari, sepulang dari menangkap burung, Dohong dikejutkan oleh kehadiran seorang gadis cantik jelita di pondoknya. Siapakah gadis cantik itu? Lalu apa yang akan dilakukan Dohong terhadap gadis cantik itu? Ikuti kisah selengkapnya dalam cerita Dohong dan Tingang berikut ini!

Alkisah, pada zaman dahulu kala, di daerah Kalimantan Tengah adasebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Kalang. Raja yang memerintah kerajaan tersebut mempunyai seorang putri yang cantik jelita bernama Putri Intan. Selain cantik, Putri Intan adalah seorang gadis yang berperangai baik, santun dalam berbicara, sopan dalam bergaul, dan hormat kepada yang tua. Tak heran, jika seluruh rakyat negeri itu sayang dan hormat kepadanya, kecuali seorang dayang istana . Setiap kali Putri Intanmendapat pujian dari rakyatnya, dayang yang satu ini selalu menunjukkan sikap tidak senang dan iri hati kepada sang Putri.
“Awas kau Putri! Suatusaat nanti aku akan menyingkirkanmu dari istana ini!” ucap dayang itu geram.
“Tapi, bagaimana caranya?” gumamnya bingung.
Setelah sekian lama berpikir, dayang itu pun menemukan sebuah cara untuk menyingkirkan Putri Intan dari istana.
“Hmmm... aku tahu caranya. Aku akan menyebarkan fitnah dengan menceritakan kepada semua orang bahwa Putri Intan selalu memperlakukanku secara semena-semana. Aku juga akanmelaporkan kepada Raja bahwa ia selalu memeras rakyat,” pikirnya.
Keesokan harinya, dayang itu melaksanakan tipu muslihatnya. Dalam waktu tidak terlalu lama, fitnah tersebut telah menyebar hinggake seluruh penjuru negeri. Seluruh rakyat pun terhasut oleh cerita yang dibuat-buat oleh dayang tersebut, sehingga mereka berubah sikap terhadap Putri Intan. Setelah berhasil menghasut seluruh rakyat negeri, dayang itu pun mencoba untukmenghasut sang Raja.
“Ampun, Baginda Raja! Perilaku putri Baginda benar-benar sudah keterlaluan. Ia telah membuat aib bagi keluarga istana. Sebagai seorang putri Raja, tidak sepantasnya ia berperilaku demikian. Untuk menjaga martabat kerajaan ini, sebaiknya Putri Intan dikeluarkan dari istana,” hasut dayang itu.
Tipu muslihat dan hasutan dayang itu berhasil memengaruhi Raja, sehingga ia pun menjadi benci kepada putrinya sendiri. Putri Intan pun mulai bingung melihat sikap orang-orang di sekitarnya, termasuk ayahandanya, yang tiba-tiba membencinya. Suatu hari, Putri Intan bertanya kepada ibundanya.
“Bunda! Apa salah Ananda hingga orang-orang membenci Ananda?”
“Putriku, barangkali ada ucapan atau perilaku Nanda yang kurang baik terhadap orang lain yang tidak Nanda sadari. Mulai sekarang, Nanda haruslebih berhati-hati dalam berucap dan bertindak,” ujar permaisuri.
Putri Intan semakin bingung, karena ia merasa bahwa selama ini tidak pernah menghina apalagi menganiaya orang lain.Oleh karena penasaraningin mengetahui penyebabnya, ia pun bertanya kepada dayang-dayang dan inang pengasuhnya. Namun, tak satu pun diantara mereka yang mengetahuinya.
Sementara itu, si dayang yang iri hati tersebut terus menghasut sang Raja, sehingga kebencian sang Raja semakin menjadi-jadi. Berkali-kali sang Putri menghadap untuk menanyakan kesalahannya, namun sang Raja tidak menghiraukannya. Ia lebih percaya pada ucapan dayangnya tersebut. Akhirnya, suatu ketika sang Rajapun mengusir putrinya dari istana.
“Dasar, anak tidak tahu diri! Kamu tidak pantas menjadi putri kerajaan ini. Pergi dariistana ini!” usir sang Raja.
Dengan perasaan sedih dan deraian air mata, Putri Intan pergi meninggalkan istana. Ia berjalan terhuyung-huyung sambil berdoa kepada Tuhan.
“Ya Tuhan Yang Maha Adil tunjukkanlah keadilan-Mu kepada hamba! Siapakah yang menyebarkan fitnah ini?” ucap Putri Intan.
Sejak itu, Putri Intan menjadi rakyat biasa. Ia tinggal di pinggir hutan seorang diri karena semua warga telah membencinya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia mencari buah-buahan dan berburu binatang di hutan sekitarnya. Ia menjalani hidupnya dengan pasrah dan tidak dendam kepada orang yang telah memfitnahnya. Namun, ia yakin bahwa cepat atau lambat keadilan pasti akan datang.
Suatu hari, Putri Intan sedang berburu binatang di hutan itu. Sudah setengah hari iaberburu namun belum juga mendapatkan binatang buruan. Ia pun memutuskan untukberburu hingga ke tengah-tengah hutan. Setelah beberapa jauhberjalan, sampailah ia di tengah hutan yang sangat lebat. Di sekelilingnya terdapat banyak pohon besar yang daunnya sangat rindang. Suasana tempat itu agak gelap karena sinar matahari terlindung oleh lebatnya dedaunan. Saat mengamati keadaan di sekitarnya,tiba-tiba Putri Intan dikejutkan oleh suara tawa yang sangat menyeramkan.
“Hi... hi... hi... hi....!!!”
Mendengar suara itu, jantung Putri Intan tiba-tiba berdebar kencang. Ia pun mundur beberapa langkah sambil mengelus-elus dadanya karena ketakutan. Beberapa saat kemudian, tiba-tiba seorang nenek berdiri tidak jauh di depannya sedang memegang sebuah tongkat. Wajahnenek itu sangat mengerikan dan rambutnya panjang acak-acakan. Rupanyanenek itu baru saja menyelesaikan pertapaannya.
“Hai, gadis cantik! Kamu siapa dan kenapa berada di tengah hutan ini?” tanya nenek sihir itu.
“Aku Putri Intan. Aku diusir oleh ayahandaku dari istana,” jawab Putri Intan.
“Wah... kebetulan sekali aku bertemu dengan gadis yang terbuang. Aku ingin mencoba ilmu yang baru kuperoleh dari pertapaanku. Aku akanmenyihirmu menjadi seeokor binatang,” kata nenek itu.
“Ampun, Nek! Jangan sihir aku!” pinta Putri Intan mengiba.
Berkali-kali Putri Intanmengiba, namun neneksihir itu tidak menghiraukannya. Nenek itu kemudian membaca mantra sambil mengacung-acungkan tongkatnya. Tak pelak lagi, Putri Intan pun terkena sihirnenek itu dan serta merta berubah menjadi seekor burung tingang.
“Sihir di tubuhmu akanhilang jika kamu bertemu dengan pemuda yang akan membawamu kembali ke istana,” kata nenekitu.
Usai menyihir Putri Intan, nenek itu tiba-tiba menghilang entah ke mana, dan burung tingang jelmaanPutri Intan terbang ke sana kemari sambil berkicau merdu. Sejak itu, burung tingang hidup di tengah hutan tersebut. Ia terbang dari satu pohon ke pohon lainnya mencari makanan.
Pada suatu hari, burung tingang itu hinggap di sebuah pohon yang berbuah lebat. Betapa terkejutnya ia ketika akan meninggalkan pohon itu, kakinya terikat oleh perangkapsehingga tidak dapat bergerak. Berkali-kali ia meronta-ronta sambil mengepak-ngepakkan sayapnya hendak melepaskan diri, namun usahanya tetap gagal. Akhirnya, ia pun pasrah sambil berharap ada orang yang akan menolongnya.
Tak berapa lama kemudian, burung tingang mendengar langkah seseorang yang mendekat. Ia puncepat-cepat berkicau merdu sambil meronta-ronta untuk menarik perhatian orang yang lewat itu. Beberapa saat kemudian, muncullah seorang pemuda tampan bernama Dohong. Ia bermaksud memeriksa perangkap yang dipasangnya kemarin. Rupanya, perangkap yang menjerat kaki burung tingang itu adalah miliknya.
Pemuda itu sangat gembira saat melihat seekor burung tingang meronta-ronta terkena perangkapnya. Tanpa berpikir panjang, ia pun segera naik ke atas pohon untuk mengambil burung tangkapannya. Setelahmemasang kembali perangkapnya, pemuda itu mengamati burung itu secara seksama.
“Wah, cantik sekali burung ini! Bulunya indah dan halus, matanya bening berbinar, kicauannya pun sangat merdu. Selama hidupku, baru kali ini aku memperoleh burung secantik ini,” ucap Dohong dengan kagum.
Dengan perasaan senang, Dohong segera membawa pulang burung itu untuk dipelihara. Setibanya di pondok, ia pun memasukkannya ke dalam sebuah sangkar yang terbuat dari rotan. Setiap hari ia merawat burung tingang itu dengan sangat teliti.
Keesokan harinya, Dohong kembali ke tengah hutan untuk memeriksa perangkapnya. Namun,sial nasib Dohong hari itu, karena tak seekor pun burung yang diperolehnya. Ketika hari menjelang siang, ia pun memutuskan untuk kembali ke pondoknya, karena tidak kuat lagi menahan rasa lapar.
Betapa terkejutnya ketika Dohong sampai di pondoknya. Ia melihat makanan lezat telah tersaji dan siap untuk disantap. Makanan tersebut benar-benar membangkitkan seleranya, apalagi perutnya dalam keadaan lapar, sehingga Dohong tidakmemikirkan lagi siapa orang yang telah menyiapkan makanan tersebut. Ia pun segera menyantap makanan tersebut dengan lahapnya.
Keesokan harinya, sepulang dari hutan, Dohong kembali mendapati makanan lezat telah tersaji di pondoknya. K ejadian aneh tersebut terulanghingga tiga hari berturut-turut. Dohongpun mulai penasaran ingin mengetahui siapasebenarnya yang melakukan semua itu.
Pada hari berikutnya, pemuda tampan itu berpura-pura hendak memeriksa perangkapnya. Sebelum hari menjelang siang, ia masuk ke pondoknya dengan langkah hati-hati. Alangkah terkejutnya ketika ia melihat asap tebal keluar dari sangkar burungnya. Dalam sekejap, tiba-tiba seorang gadis cantik keluar dari asap itu. Iasangat terpana melihatkencantikan gadis itu, dan kemudian menghampirinya.
“Hai, gadis cantik! Kamu siapa dan dari mana asalmu?” tanya Dohong.
“Ampun, Tuan! Aku adalah Putri Intan dari Kerajaan Kalang. Keberadaanku di sini karena nasib buruk telah menimpaku. Ayahandaku mengusirku dari istana. Setelah itu, seorang nenek menyihirku menjadi burung tingang saat aku berada di tengah hutan,” jelas Putri Intan.
“Maaf, Tuan Putri! Mengapa Tuan Putri diusir dari istana?” tanya Dohong ingin tahu.
Putri Intan pun menceritakan semua peristiwa yang dialaminya sampai ia berada di pondok pemuda itu. Setelah itu, ia meminta kepadaDohong agar mengantarnya kembalike istana. Jika Dohong memenuhi permintaannya, maka sihir nenek itu akan hilang dengan sendirinya.
“Baiklah, Tuan Putri! Saya bersedia mengantar Tuan Putri ke istana,” kata Dohong.
Keesokan harinya, keduanya pun berangkat ke istana. Selama dalam perjalanan, Putri Intanpun tidak pernah lagi berubah wujud menjadi burung tingang. Pengaruh sihirnenek itu benar-benartelah hilang.
Sesampainya di istana,Dohong pun menceritakan semua yang dialami Putri Intan kepada Raja Kalang dan permaisuri.Akhirnya, Raja Kalang pun mengerti bahwa putrinya difitnah oleh seorang dayang istana. Seketika itu pula, ia mengumpulkanseluruh dayang-dayangnya. Setelah menanyai mereka satupersatu, akhirnya ia menemukan dayang yang telah memfitnah putrinya. Raja Kalang sangat menyesal karena lebih percaya pada kata-kata dayang itu daripada kata-kata putrinya.
“Maafkan Ayah, Putriku! Ayah telah membuatmu menderita,karena mengusirmu dari istana,” ucap RajaKalang.
Setelah itu, Raja Kalang pun menghukum dayang itudengan memasukkannya ke dalam penjara. Kemudian ia menikahkan Dohong dengan putrinya dan menobatkannya menjadi pewaris tahta Kerajaan Kalang. Dohong dan Putri Intanpun hidup berbahagia.
* * *
Demikian cerita Dohongdan Tingang dari daerah Kalimantan Tengah. Cerita di atas termasuk kategori dongeng yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.Sedikitnya ada dua pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas, yaitu buah dari sifat suka menolong dan ganjaran yang diterima dari sifat suka memfitnah.
Pertama, buah dari sifat suka menolong. Sifat ini ditunjukkan oleh perilaku Dohong yang telah membantu menghilangkan pengaruh sihir yang mengenai Putri Intan dengan cara mengantarnya kembalike istana. Akhirnya, ia pun dinikahkan denganPutri Intan dan dinobatkan menjadi Raja Kalang. Dikatakandalam tunjuk ajar Melayu:
wahai ananda dengarlah manat,
tulus dan ikhlas jadikan azimat
berkorban menolong sesama umat
semoga hidupmu beroleh rahmat
Kedua, ganjaran yang diterima dari sifat suka memfitnah. Sifat ini ditunjukkan oleh perilaku seorang dayang istana yang telah memfitnah Putri Intan. Akibatnya, ia pun dihukum setelah perbuatannya diketahui oleh Raja Kalang. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu:
kalau suka fitnah memfitnah,
diri hina, marwah pun punah
kalau suka memfitnah orang,
alamat hidup menjadi arang