Senin, 31 Oktober 2016



CERITA RAKYAT HANTU KALIMANTAN TENGAH (HANTUEN)
cerita-hantu-hantuen
HANTUEN adalah hantu jadi-jadian berasal dari manusia yang masih hidup. Jadi, hantuen adalah manusia yang mempunyai kemampuan gaib untuk mengubah dirinya menjadi hantu jadi-jadian. Mahluk tersebut sangat ditakuti oleh penduduk daerah aliran sungai Kahayan seperti orang Dayak Ngaju dan Ot Danum.
Menurut kepercayaan setempat, hantuen dapat melepaskan kepala dari tubuhnya. Kemudian ia akan mencari orang yang tengah melahirkan untuk menghisap darahnya dan darah bayi yang baru dilahirkan, Semua itu sebenarnya dilakukan diluar keinginannya. ini mirip dengan Leak yang berasal dari Bali atau Swanggi dari Papua.
Asal mula timbulnya hantu jadi-jadian tersebut adalah sebagai berikut :
Dahulu kala di Baras Seayang hiduplah sebuah keluarga yang mempunyai seorang anak gadis bernama Tapih. Tapih merupakan seorang anak gadis yang cantik sekali. Kulitnya berwarna putih kekuning-kuningan dan rambutnya yang panjang berwarna hitam pekat.
Pekerjaan orang tua Tapih adalah pembuat keranjang dari rotan dan ahli membuat topi tanggul daerah (topi yang tepinya lebar). Di Kalimantan Tengah topi tersebut khusus dipergunakan pada waktu orang mengadakan upacara lingkaran hidup, seperti pada waktu mengadakan upacara memandikan anak untuk pertama kali di sungai.
Pada suatu ketika, saat tapih sedang mandi di sungai, tiba-tiba topinya dihempaskan angin kencang dan jatuh di sungai. Topi itu kemudian terbawa arus yang cukup deras.
Karena topi itu dianggap bukan sembarang topi, Tapih yang di temani oleh orang tuanya menyusuri setiap desa yang terletak di sepanjang Sungai Rungan untuk mencarinya.
Ditanyainya setiap orang desa yang ditemui, tapi mereka tidak ada yang mengetahuinya. Akhirnya Tapih dan orang tuanya tiba di desa Sepang Simin, dan mereka menemukan kembali topi itu. Topi tersebut setelah di pungut o;eh seirang pemuda yang bernama Antang Taung. Sebagai tanda terima kasih, orang tua Tapih menghadiahi pemuda itu emas. Namun, Antang Taung menolaknya. Sebagai gantinya Antang Taung meminta Tapih untuk dijadikan istrinya. Permintaan itu disetujui oleh orang tua Tapih dengan senang hati.
Tak berapa lama kemudian Antang Taung dan Tapih dinikahkan di desa Baras Semayang. Menurut adat setempat, sepasang mempelai baru harus berdiam di rumah kedua orang tua masing-masing secara bergiliran. Mereka merasa sangat berat untuk memenuhi adat tersebut, karena diantara kedua desa mereka ada hutan yang lebat sekali.
Untuk memecahkan maslaah itu, diputuskan membuat jalan yang dapat menghubungkan kedua desa mereka tanpa melalui hutan terbsebut. untuk keperluan tenaga kerja mereka menggunakan para budak atau kuli masing-masing. Menurut penduduk setempat, jalan itu sampai kini masih ada dan bernama jalan Langkuas.
Pembuatan jalan dimulai dari Baras Semayang. Pekerjaan mereka mula-mula mengalami gangguan mahluk gaib. setiap kali para pekerja pulang, gubuk tempat mereka istirahat telah dimasuki orang dan bekal makanan mereka sudah telah habis dicuri.
Hingga suatu hari mereka menemukan akal. Mereka berbuat seolah-olah meninggalkan gubuk untuk bekerja, tetapi sebenarnya mereka sembunyi di balik semak tak jauh dari tempat itu. Dari tempat persembunyian, tiba-tiba mereka melihat seekor binatang Angkes ( sejenis landak ) menaiki tangga gubuk. Setiap masuk ke dalam, binatang itu menggoyang-goyangkan tubuhnya dan secara ajaib berubah menjadi seorang yang tampan.
Melihat hal itu para pekerja itu segera meringkusnya dan pemuda jadi-jadian itu berhasil ditangkap, ia minta ampun agar dilepas dan berjanji akan membant para pekerja membangn jalan dan permintaan itupun diluluskan.
Aneh bin ajaib, pemuda itu mampu menyelesaikan pembuatan jalan yang cukup panjang dalam waktu tiga hari saja. Mengetahui hal itu, Tapih dan Antang Taung sangat mengagumi pemuda jadi-jadian itu dan mereka mengambilnya sebagai anak angkat.
Beberapa waktu kemudian Tapih mengandung pada saat berada di desa Simin. Tapih mengidam makan ikan kali, maka Antang Taung segera menangkap ikan di sungai dengan hasil cukup banyak, Karena mendadak hujan lebat, Antang Taung langsung berlari dan tanpa sengaja meninggalkan seekor ikan tomang dalam perahunya.
Keesokan harinya ia kembali ke perahu untuk mengambil ikan yang tertinggal,ternyata ikan sudah lenyap tapi ada seorang bayi perempuan yang mungil terbaring di sana dan kemudian di bawa pulang oleh Antang Taung dan dijadikan anak angkat.
Anehnya bayi itu tumbuh dengan cepat, dalam hitungan bulan,ia sudah menjadi gadis dewasa yang sangat cantik dan molek. Gadis itu lalu jatuh cinta pada pemuda jelmaan binatang Angkes dan akhirnya keduanya dikawinkan dan menjadi pasangan yang bahagia dan melahirkan anak laki-laki, tetapi malang anak itu meninggal tak lama setelah lahir.
Beberapa hari kemudian anak Tapih dan Antang Taung pun meninggal, menurut adat setempat orang yang sudah meninggal harus di lakukan dua kali acara kematian,upacara pertama jenazahnya di kebukkebumikan, acara kedua jenazah yang tinggal tulang di bakar.
Acara kedua yang paling penting, karena membebaskan roh seseorang dari tubuh fisiknya untuk selama-lamanya. Sifat acara ini mewah sekali dan disebut dengan nama Tiwah.
Ketika mendengar bahwa saudara angkatnya akan di Tiwah, suami istri jelmaan itu juga ingin anaknya yang telah meninggal dibakar dalam upacara besar itu, tapi di tentang oleh Tapih dan Antang Taung, tapi mereka tak menghiraukan dan bersikukuh dengan niatnya, dan sesuatu yang heboh terjadi ketika jenazah anak dari manusia jadi-jadian di gali karena yang tinggal bukan tulang manusia melainkan tulang binatang dan ikan.
Kejadian itu membuat malu pasangan jadi-jadian sehingga mereka menyingkir dari desa Sepang Simin dan membangun desa jauh di tengah hutan belantara,di desa itu kemudian mereka beranak pinak menjadi satu keluarga besar dan di kenal dengan nama Hauten.
Demikian cerita rakyat yang menjadi legenda di aliran sungai Kahayan  Kalimantan Tengah
*di kutip dari cerita rakyat karya MB.Rahimsyah 2004

Penulis hanya mengupas sumber pustaka untuk dibagikan gratis kara ilmu gratis sangat dianjurkan untuk kemajuan bersama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar