Asal Pulau Lepeh Dan Pulau Hanaut
PADA zaman dulu, Raja Lumuh Peang dari kerajaan Sampit duduk bersama anak-anaknya, yaitu seorang putra dan putri. Anak yang tertua bernama Puteri Lumuh Lenggana dan adiknya bernama Lumuh Sumpit. Cuaca saat itu sedang buruk. Hujan turun dengan lebat dan langit gelap gulita.
Ketika Raja Lumuh sedang berbicara dengan anak-anaknya, tiba-tiba di balai penghadapan sang raja tempat mereka berkumpul itu, muncul cahaya kebiru-biruan memancar menerangi kegelapan istana. Setelah lampu istana dinyalakan, barulah pembicaraan Raja Lumuh Peang dan anak-anaknya dilanjutkan. “Anak-anakku, malam ini sengaja aku kumpulkan kalian berdua.” “Untuk apa ayahanda?” tanya Puteri Lumuh Lenggana.
cahaya ini,” jawab Sang Raja. “Benda ini adalah pusaka peninggalan nenek moyang kita Raja Lumuh Pasir. Satu-satunya barang paling berharga dan sangat mahal harganya di dunia ini,” lanjut Raja Lumuh Peang kepada kedua anaknya.
“Benda apa itu ayahanda,” tanya Lumuh Sumpit. “Sebuah intan yang sangat besar dan mahal harganya,” jawab Raja.
Raja Lumuh Peang langsung membuka bungkusan yang dikeluarkan dari jubahnya dan memperlihatkan bentuk benda itu. “Inilah benda itu. Bentuknya seperti bentuk jantung pisang dan besarnya juga sebesar jantung pisang,” kata ayah mereka.
“Inilah intan yang terbesar dan termahal di muka bimu ini,” kata Raja Lumuh Peang lagi. “Ayahanda, darimana dan bagaimana ceritanya sehingga nenek moyang kita mendapatkan intan tersebut?” sela Puteri Lumuh Lenggana.
“Baiklah, akan kuceritakan kepada kalian berdua. Riwayat ditemukan intan ini memang sangat panjang. Ratusan tahun yang lalu, Raja Lumuh Pasir nenek molyang kita sering pergi berniaga sampai ke luar wilayah Sampit. Raja Lumuh Pasir adalah seorang Raja yang adil dan bijaksana. Hidupnya sangat senang dan bahagia, serta berlimpah harta. Intan yang dimiliki oleh Raja Lumuh Pasir itu bukan diperolehnya dari hasil berdagang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar