Cerita
Rakyat Kalteng Asal Muasal Pulau Nusa Di Kalimantan Tengah
Di dekat Sungai Kahayan, hidup
seorang laki-laki bernama Nusa. Ia tinggal bersama istri dan adik iparnya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, mereka bercocok tanam.
Suatu saat, kemarau melanda desa
mereka. Kekeringan terjadi dimana-mana. Sungai Kahayan pun lama-kelamaan surut.
Tanaman mati, karena kekurangan air. Kemudian, Nusa dan keluarganya pergi
meninggalkan desa itu untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
Dengan menggunakan perahu mereka
mengarungi Sungai Ruhan. Tiba-tiba, di tengah perjalanan, ada sebuah pohon
besar yang tumbang, sehingga jatuh melintang di tengah sungai. Perahu Nusa
terhambat dan perjalanan tidak dapat dilanjutkan.
"Mari kita potong pohon ini,
Dik!" ujar Nusa kepada adik iparnya. Mereka berdua mencoba membelah batang
pohon besar tersebut. Namun, setelah sekian lama mereka mencoba, belum juga
berhasil. Sementara itu, hari semakin sore, mereka belum juga makan.
"Aku akan mencari sesuatu ke
dalam hutan untuk kita makan. Kau lanjutkanlah pekerjaan ini;" kata Nusa
kepada adik iparnya. Lalu, ia masuk ke dalam hutan.
Selang beberapa saat, Nusa kembali
ke perahu mereka dengan membawa sebutir telur raksasa.
"Lihatlah apa yang kubawa!
Telur ini cukup untuk mengisi perut kita yang lapar!" kata Nusa,
"Cepat rebuslah telur ini!""
Istri dan adik ipar Nusa memandang
telur tersebut dengan wajah khawatir.
"Bang, lebih balk jangan
memakan telur itu. Tidakkah Abang tahu itu telur apa?" kata sang istri.
"Aku tidak peduli ini telur apa.
Jika kalian tidak mau memakannya, biar aku saja yang menghabiskannya!"
Lalu, Nusa merebus telur itu dan
memakannya hingga habis. Pagi harinya ketika terbangun dari tidur, Nusa
merasakan tubuhnya gatal luar biasa. Muncul bercak-bercak merah. Ia panik dan meminta
istrinya membantu menggaruk tubuhnya. Namun, rasa gatal justru semakin menjadi.
Bukan hanya itu, bercak-bercak merah itu lalu berubah menjadi sisik-sisik
sebesar uang logam di seluruh tubuhnya. Kemudian, adik iparnya pergi mencari
pertolongan.
°Maafkan Abang, Dik. Rupanya, telur
yang Abang makan semalam itu adalah telur naga. Beginiiah jadinya,
lama-kelamaan tubuh Abang akan menyerupai naga;" Kato Nusa dengan sedih.
Adik ipar Nusa datang bersama
serombongan warga. Mereka sangat terkejut melihat keadaan Nusa. Tubuhnya sudah
ditumbuhi sisik dari dada sampai ujung kaki. Ukuran t
ubuhnya pun semakin lama semakin
besar. Panas terik menyengat tubuh Nusa yang dibaringkan di pinggir sungai.
"Terik sekali matahari membakar
tubuhku. Aku mohon gulingkanlah aku ke sungai," kata Nusa.
Cerita Rakyat Kalteng Asal Usul
Pulau Nusa
Dengan
saling membantu, warga mendorong tubuh Nusa ke dalam sungai.
Nusa
mmandang langit kemudian bicara kepada istrinya, "Adinda, sebentar lagi
akan terjadi badai besar. Lebih baik kau, adikmu, dan para penduduk segera
meninggalkan tempat ini. Tinggalkanlah Abang di sini. Ini sudah menjadi takdir
Abang. Kita harus berpisah. Maafkanlah Abang;" kata Nusa dengan sedih.
Istri Nusa
menangis tersedu-sedu, tetapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Ia pun pergi
menyelamatkan diri bersama adiknya dan para penduduk.
Benar saja.
Menjelang malam, hujan besar melanda daerah itu. Petir bergemuruh dan Sungai
Ruhun pun meluap. Tubuh Nusa hanyut terbawa banjir ke Sungai Kahayan.
Sampai di
muara Sungai Kahayan, Nusa berdiam diri. Ada banyak ikan kecil di sana yang
bisa disantapnya. Namun, kehadirannya membuat cemas ikan-ikan di sekitarnya.
Hidup mereka terancam. Lalu, mereka berunding mencari cara untuk membuat naga
besar itu tidak lama tinggal di sana.
"Bagaimana
cara kita mengusirnya dari sini, teman-teman?" kata ikan jelawat.
"Aku
ada ide. Kalian tenanglah, tunggu aku beri aba-aba kepada kalian untuk
membantuku." kata ikan saluang.
Sore
harinya, Naga Nusa melihat seekor ikan saluang duduk termenung tidak jauh darinya.
"Hai
ikan mungil, kenapa kau terlihat sedih begitu?" tanya Naga Nusa.
Ikan saluang
menatap Naga Nusa dengan takut, "Tuan Naga, kemarin aku bertemu dengan
seekor naga yang besarnya sama denganmu. Ia tahu kau tinggal di sini. Ia
memintaku untuk menyampaikan kepadamu bahwa ia menantangmu berkelahi."
"Apa?
Ia berani menantangku? Baiklah! Katakan kepadanya besok aku tunggu di
sini." seru Naga Nusa geram.
Keesokan
harinya, Naga Nusa sudah menunggu lawannya. Ia mondar- mandir sampai kelelahan,
tetapi tak satu pun ikan datang. Bahkan, ikan saluang pun tidak muncul. Nusa
pun kelelahan dan tertidur.
Melihat Naga
Nusa tertidur, ikan saluang yang semenjak tadi bersembunyi berjalan mendekati
ekor naga tersebut.
Tiba-tiba ia
berteriak, "Tuan Naga! Musuhmu datang!"
Naga Nusa
terkejut dan memutar kepalanya ke arah ekornya, gerakannya mengeluarkan bunyi
mendesau yang sangat keras. Nusa mengira bunyi itu adalah bunyi musuhnya,
dengan cepat ia menggigit ekornya, karena dikiranya itu adalah musah yang
datang Nusa melolong kesakitan. Ikan saluang segera memanggil teman temannya
dan bersama-sama menggerogoti luka di ekor Naga Nusa. Nusa semakin kesakitan
dan bergerak-gerak sekuat tenaga menghindari gigitan
ribuan ikan
kecil di ekornya. Lama-kelamaan ia kehabisan tenaga kemudian mati.
Semakin hari
kerangka naga yang mati tersebut tertimbun dan ditumbuhi pepohonan.
Lama-kelamaan kerangka yang ditumbuhi pohon itu semakin luas sehingga membentuk
sebuah pulau. Pulau inilah yang dinamakan Pulau Nusa. Letak pulau ini di Sungai
Kahayan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar